GEDE PUTRA ADNYANA: BARBAGI UNTUK SALING MENGERTI DAN MEMAHAMI DEMI KEMULIAAN SEMUA MAKHLUK

PTK

TEKNIK MENYUSUN PTK
Oleh: Gede Putra Adnyana (Guru SMAN 1 Banjar, Buleleng, Bali)
Disajikan pada Workshop PTK Guru-Guru SMAN 1 Banjar, Buleleng, Bali
Minggu, 28 Februari 2010

1.    Pendahuluan
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan kegiatan nyata guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam hal ini guru memberikan tindakan nyata yang berbeda dari biasanya dan siswa diberikan pedoman agar dapat mengikuti tahap demi tahap pembelajaran yang dilaksanakan (Arikunto, 2007). Dengan demikian, PTK merupakan wahana untuk menuangkan kreativitas dan inovasi para guru. Dalam konteks inilah sering terjadi kesalahan, di mana guru sudah merasa melakukan peningkatan kualitas pembelajaran, padahal yang dilakukan adalah hal biasa dan harus dilakukan, tetapi selama ini guru belum melakukannya. Misalnya, menggunakan lembar kerja dan alat peraga, mengevaluasi aspek afektif, portofolio, dan hasil ulangan. Penelitian tindakan kelas secara sederhana dapat dipandang sebagai tindakan untuk mencobakan model pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru masih kesulitan melaksanakan PTK. Beberapa faktor yang menyebabkan, diantaranya 1) belum ada keberanian untuk memulai melaksanakan PTK, 2) terbentur masalah fasilitas, seperti computer dan printer, 3) kurangnya dukungan dari instansi terkait baik moral maupun meteriil, dan 4) belum mengenal berbagai model pembelajaran. Akibatnya, PTK hanya ramai diwacanakan tetapi tidak pernah dilaksanakan.
2.    Teknik Menyusun PTK
Dalam konteks pembelajaran, terdapat hubungan antara PTK dengan apa yang dirasakan Guru, diantaranya 1) Guru mengalami suatu masalah dalam mengajar karena sistem nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum, 2) Guru membayangkan pemecahan masalah tersebut, 3) Guru bertindak sesuai dengan cara pemecahan yang dibayangkan, 4) Guru menilai hasil upaya pemecahan itu, 5) Guru memperbaiki praktik, rencana, dan gagasan-gagasan mengajar dengan strategi baru sesuai dengan hasil penilaian itu, dan 6) Guru menerangkan hasil perubahan itu sambil menelaah dampaknya terhadap hasil kerjanya (Santyasa, 2007).
Berikut ilustrasi sederhana tentang proses PTK, misalkan seorang Guru Kimia menemukan hasil belajar siswanya rendah (dilihat dari nilai formatif, sumatif, dan UN). Padahal pembelajaran telah dilakukan sesuai dengan tuntutan kurikulum, banyak pembahasan masalah nyata, dan sering ulangan. Setelah diselidiki melalui wawancara dengan beberapa siswa, terungkap bahwa siswa tidak puas dengan model pembelajaran diskusi biasa yang diterapkan selama ini. Disinyalir bahwa Guru tidak pernah mengubah cara memfasilitasi pembelajaran, tidak pernah mengajak siswa bereksperimen atau penyelidikan. Berdasarkan data tersebut, maka perlu diupayakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah, melakukan eksperimen, dan mengkomunikasikan temuannya. Berkaitan dengan hal tersebut maka diterapkan Model Problem-Based Learning, untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar kimia. Rumusan tema tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam rumusan masalah, misalnya apakah penerapan model Problem-Based Learning dapat meningkatkan kualitas aktivitas dan pemahaman konsep siswa?
Tatkala permasalahan telah teridentifikasi, maka mulai dirancang alternatif perencanaan untuk melaksanakan PTK, misalnya menyiapkan rancangan pembelajaran dan lembar kerja siswa dengan model Problem-Based Learning, mengalokasikan waktu sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran, menyiapkan pedoman observasi, pedoman penilaian kinerja, menyiapkan tes pemahaman konsep, menyiapkan tes sikap, meyiapkan format observasi, menyiapkan angket respon siswa.
Tindakan berikutnya adalah Guru menyajikan permasalahan kepada siswa dan memulai pembelajaran dengan langkah-langkah sesuai model Problem-Based Learning. Jika perencanaan telah menetapkan pelaksanaan asesmen kinerja diadakan setiap kali pertemuan, lakukanlah asesmen kinerja tersebut dengan seksama. Hasil asesmen dianalisis sekaligus diberi komentar pada masing-masing konsep yang menjadi materi kinerja para siswa.
Pemantauan dilakukan untuk mengamati interaksi selama proses pembelajaran berlangsung, mengamati respon siswa terhadap proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi ditujukan kepada hasil belajar siswa melalui asesmen kinerja, portofolio, tes, dan respon siswa melalui penyebaran angket. Misalkan, hasil observasi terungkap bahwa dari penerapan model pembelajaran, ternyata siswa ribut, kurang bertanggung jawab, kesiapannya kurang, kurang aktif berinteraksi, hasil tes pemahaman konsep rendah, dan respon siswa kurang postif. Terhadap semua data tersebut, maka Guru melakukan refleksi. Misalnya, diskusi kelas diubah menjadi diskusi kelompok, lebih banyak menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi, memberikan tugas sebelumnya kepada siswa, menunjuk secara bergiliran siswa untuk mengerjakan tugas sekaligus dinilai secara kualitatif atau kuantitatif, hasil asesmen didiskusikan kepada siswa sebelum pembelajaran berikutnya, sasaran belajar dirumuskan secara realistis yang mudah diukur, dan lain-lain (Modifikasi dari Santyasa, 2007).
Sistematika laporan penelitian tindakan kelas, terdiri dari 1) bagian awal yang meliputi (a) halaman judul, (b) halaman pengesahan baik oleh kepala sekolah maupun bagian perpustakaan sekolah, (c) abstrak yang berisikan tentang permasalahan, tujuan penelitian, prosedur pelaksanaan PTK, dan hasil penelitian, (d) kata Pengantar, (e) daftar Isi dan (f) lampiran-lampiran; 2) bagian isi yang meliputi (a) bab I pendahuluan, (b) bab II landasan teori, (c) bab III metode penelitian, (d) bab IV hasil penelitian dan pembahasan, dan (e) bab V simpulan dan saran; 3) bagian akhir, meliputi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
Pada bagian pendahuluan terdiri dari 1) Latar Belakang (diskripsi masalah, data awal yang mendukung adanya masalah dan akar timbulnya masalah dengan menunjukkan pada lokasi penelitian dan waktu serta penjelasan pentingnya masalah itu dipecahkan; 2) Rumusan Masalah (diharapkan kalimat Tanya); 3) Tujuan Penelitian; (sesuaikan dengan rumusan masalah), 4) Manfaat Penelitian; (sesuaikan dengan apa yang direncanakan pada proposal, namun peneliti dapat mengembangkan).
Bagian landasan teori mengemukakan teori dan pustaka yang relevan, dan memberi arah serta petunjuk pada pelaksanaan PTK. Diperlukan adanya usaha untuk membangun argumentasi teoritis yang menunjukkan bahwa tindakan yang diberikan dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas. Pada akhir bab ini dapat dikemukakan hipotesis tindakan. Uraian pada bab ini harus lebih lengkap dan rinci dibanding dengan uraian yang ada pada bab yang sama di usulan penelitian.
Pada metode penelitian dideskripsiskan tiap siklus penelitian yang memuat: rencana, pelaksanaan/tindakan, pemantauan dan evaluasi beserta jenis instrumen yang digunakan, dan cara refleksi. (perlu dibedakan pada usulan, isi apa yang akan dilaksanakan, sedang pada laporan berisi apa yang sudah dilaksanakan). Pada tiap siklus harus dikemukakan tindakan secara jelas, serta semua jenis instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional, feasible serta collaborative.
Hasil penelitian dan pembahasan menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap, menyangkut berbagai aspek yang terjadi akibat tindakan yang dilakukan. Tunjukkan adanya perbedaan tindakan dengan kegiatan pelajaran yang biasa atau sering dilakukan. Pada refleksi diakhir setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan grafik, dan kelemahan yang terjadi. Kemukakan ada perubahan/ kemajuan/ perbaikan yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, motivasi/minat belajar, dan hasil belajar. Kemukakan hasil dari keseluruhan siklus ke dalam ringkasan untuk bahan dasar analisis dan pembahasan. Bahan/data tersebut ditulis dalam bentuk tabel atau bagan sehingga akan memperjelas adanya perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik dan jelas.
Sedangkan pada simpulan dan saran disajikan simpulan hasil penelitian (potret kemajuan) sesuai dengan tujuan/masalah penelitian yang telah disampaikan sebelumnya. Berikan saran tindak lanjut berdasarkan simpulan yang diperoleh baik yang menyengkut segi positif maupun negatifnya.
Pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka yang memuat semua sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan system yang telah dibakukan secara konsisten. Lampiran-lampiran hendaknya disajikan secara lengkap yang berisi rancangan materi/bahan ajar, semua instrumen penelitian, sampel jawaban siswa, dokumen/foto kegiatan, ijin penelitian, serta bukti lain yang dipandang perlu (Sulipan, 2009).
3.    Referensi
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru, Kepala Sekolah, Pengawas, dan Penilai. Yogyakarta: UNY
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru
Rustam Dan Mundilarto. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional
Santyasa, I Wayan. 2007. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. (Makalah). Disajikan Dalam Workshop Tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Para Guru SMP 2 Dan 5 Nusa Penida Klungkung, Pada Tanggal 30 Nopember dan 1 Desember 2007 di Nusa Penida. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Suhardjono. 2008. Pengembangan Profesi Guru dan Karya Tulis Ilmiah. http://ptkguru.wordpress.com/2008/05/20/karya-tulis-ilmiah-dan-pengembangan-profesi-guru/. Diunduh 3 Juli 2009
Sulipan. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bandung: Widyaiswara P4TK BMTI Bandung

Adakah yang patut diberikan komentar? Komentar pengunjung/pembaca adalah Kebahagiaan Penulis/Blogger

Contoh Judul PTK

BERBAGAI CONTOH JUDUL PTK
Oleh: Gede Putra Adnyana (Guru SMAN 1 Banjar, Buleleng, Bali)
Disajikan pada Workshop PTK Guru-Guru SMAN 1 Banjar, Buleleng, Bali
Minggu, 28 Februari 2010

1.    Penerapan Model PBL pada Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman konsep kimia dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Banjar
2.    Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R Berbantuan LKS untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa Kelas XI-IPA.2 SMA Negeri 1 Banjar
3.    Penerapan model  Pemecahan Masalah untuk  Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X.1 SMA Negeri Banjar
4.    Implementasi Strategi 5E dengan LKS Eksplorasi sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa     SMAN 1 Banjar
5.    Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kompetensi Fisika Siswa Kelas XI-IPA.1 SMAN 1 Banjar
6.    Penggunaan Pendekatan Kontekstual Berbasis Inkuiri Bermedia Karikatur untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Menulis Siswa Kelas X SMAN 1 Banjar
7.    Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin dalam Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Singaraja
8.    Implementasi Pendekatan Matematika Realistik Berbantuan LKS dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X-1 SMAN 1 Banjar
9.    Implementasi Model Pembelajaran Reasoning and Problem Solving Berbasis Open-Ended Problem untuk Meningkatkan Kompetensi Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 1 Banjar
10.    Peningkatan Penguasaan EYD Karangan Narasi dengan Teknik Koreksi Teman Sebaya Siswa Kelas X-1 SMAN 1 Banjar
11.    Efektivitas Problem Solving dengan Memanfaatkan Alat Peraga dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas X-1 SMAN 1 Banjar Tahun Pelajaran 2009/2010
12.    Peningkatan Daya Berpikir Kritis Siswa terhadap Kondisi Lingkungannya melalui Penggunaan Peta Konsep pda Pembelajaran Sosiologi di Kelas XI-IPS SMAN 1 Banjar
13.    Upaya Meningkatkan Kemampuan Reading Comprehension Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 1 Banjar dengan Menggunakan Pendekatan Genre-Based Approach
14.    Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Unsur Instrinsik Dongeng Melalui Teknik Bercerita Siswa Kelas X-3 SMAN 1 Banjar
15.    Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi Siswa Kelas XI Program Bahasa SMA Negeri 1 Banjar Melalui Pengintegrasian Metode Clustering dan Journalist’s Questions
16.    Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Matematika Realistik di Kelas X-6 SMAN 1 banjar
17.    Meningkatkan Keterampilan Menulis Wacana Argumentasi Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 1 Banjar dengan Metode Investigasi Kelompok
18.    Pengkombinasian Problem Possing dan Cooperative Learning untuk Pengajaran Biologi di Kelas XI-IPA.2 SMAN 1 Banjar Tahun Pelajaran 2009/2010
19.    Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X-4 SMAN 1 Banjar Melalui Model Kooperatif Tipe Think-Paire-Share
20.    Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XII-IPA SMA Negeri 1 Banjar  Melalui Model Pembelajaran Inquiri
21.    Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Sistem Pencernaan Makanan pada Siswa Kelas XI-IPA.1 SMAN 1 Banjar
22.    Meningkatkan Penguasaan Konsep Matematika Pokok Bahasan Statistika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT pada Siswa Kelas XI-IPA SMA Negeri 1 Banjar
23.    Penerapan Model Pembelajaran Advanced Organizer untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kimia Siswa XI-IPA SMA Negeri 1 Banjar
24.    Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Inggris di kelas X-1 SMAN 1 Banjar melalui Learning Community dengan Teknik Permainan Komunikatif
25.    Peningkatan Pemahaman Konsep-Konsep Biologi Melalui Strategi M2E (Mapping, Matrix, & Elaboration) pada Siswa Kelas X-4 SMAN 1 Banjar
26.    Meningkatkan Kemampuan Mendengarkan Wacana Berbahasa Inggris Siswa Kelas XI dengan Text-Based Listening di SMAN I Banjar, Buleleng, Bali
27.    Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Tanggungjawab Siswa dalam Proses Pembelajaran PKn Melalui Penggunaan Metode Cooperative Learning Model Jigsaw di Kelas X-1 SMAN 1 Banjar

diunduh dan dimodifikasi oleh: putradnyana@gmail.com pada Sabtu, 27 Februari 2010

Adakah yang patut diberikan komentar? Komentar pengunjung/pembaca adalah Kebahagiaan Penulis/Blogger

Model Pembelajaran


BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN
Oleh: Gede Putra Adnyana (Guru SMAN 1 Banjar, Buleleng, Bali)
Disajikan pada Workshop PTK Guru-Guru SMAN 1 Banjar, Buleleng, Bali
Minggu, 28 Februari 2010

Setiap bahan kajian memiliki karakteristik tertentu yang menuntut rekayasa situasi dan kondisi sehingga kondusif untuk pembelajaran. Oleh karena itu satu model pembelejaran belum tentu cocok untuk semua bahan kajian. Berkaitan dengan hal tersebut, agar guru dapat memilih dan memilih penerapan model pembelajar yang relevan dan signifikan dalam upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar, maka hendaknya mengenal berbagai model pembelajaran.
Berikut disajikan beberapa model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam hal ini dikemukakan berupa pengertian, rasional, sintaks pembelajarannya. Guru dapat melakukan modifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi kelas, sehingga secara tidak langsung menigkatkan daya analisis kritis dan kreativitas guru.
1      Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,  menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2      Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu 1) modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), 2) questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), 3) learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), 4) inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), 5) constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), 6) reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), dan 7) authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
3      Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinvention dalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).


4      Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung.
Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).lebih lengkap
5      Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi.  Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.
6      Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma).
Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
7      Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan  melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami.
Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, meminimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
8      Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna  secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan,  membuat kesimpulan.
9      Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan  dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi
10      Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif).
Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplanasi berarti mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
11      Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mengemukan bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis.
Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.
12      SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa.
Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic  yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
13      TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok  sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Sintaknya adalah sebagai berikut: 1) Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan \mekanisme kegiatan, 2) Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok, 3) Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa  dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar)  superior, very good, good, medium, 4) Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama, dan 5) Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
14      VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya.
Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.
15      AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
16      TAI  (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.
Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupa modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok  secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
17      STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah salah satu model pembelajaran koperatif dengan sintaks: 1) pengarahan, 2) buat kelompok heterogen (4-5 orang), 3) diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, 4) sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, 5) kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, 6) umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.
18      NHT (Numbered Head Together)
NHT  adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: 1) pengarahan, 2) buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, 3) berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, 4) tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, 5) presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, 6) kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, dan 7) umumkan hasil kuis dan beri reward.
19      Jigsaw
Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
20      TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan  kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat  skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
21      GI (Group Investigation)
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengolahan data penyajian data hasil investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
22      MEA (Means-Ends Analysis)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub  masalah sehingga terjadi koneksivitas, pilih strategi solusi.
23      CPS (Creative Problem Solving)
Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.
24      TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi. Sintaknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.
25      TS-TS (Two Stay – Two Stray)
Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal,  kerja kelompok, laporan kelompok.
26      CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.
27      SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh
28      SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.
29      MID (Meaningful Instructionnal Design)
Model ini adalah pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis. Sintaknya adalah (1) lead-in  dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisis pengalaman, dan konsep-ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi pengalaman belajar; (3) production melalui ekspresi-apresiasi konsep
30      KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar.
31      CRI (Certainly of Response Index)
CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa  tentang kemampuan yang dimilkinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan  yang telah dimilikinya.  Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dn 5 untuk certain.
32      DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa.  Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap yang menyebabkan munculnya masalah tersebut.
Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesaian masalah sebagai berikut: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasi kausal, implementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.
33      DMR (Diskursus Multy Reprecentacy)
DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan  berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah: persiapan, pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup.
34      CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –kelompok.
Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang,  guru memberikan wacana  bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.
35      IOC (Inside Outside Circle)
IOC adalah model pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan  yang berbeda  dengan singkat dan teratur.
Sintaksnya adalah:  Separuh dari jumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam,  siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkaran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya.
36      Tari Bambu
Model  pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar siswa.
Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa pertama, siswa yang berhadapan berbagi pengalaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.
37      Artikulasi
Artikulasi adlah model pembelajaran dengan sintaks: penyampaian kompetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.
38      Debate
Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu.
39      Role Playing
Sintak dari model pembelajaran ini adalah:  guru menyiapkan skenario pembelajaran,  menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut,  pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan kesimpulan dan refleksi.
40      Talking Stick
Sintak pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa membaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.
41      Snowball Throwing
Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok,  pemanggilan ketua dan diberi tugas  membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyimpulan, refleksi dan evaluasi.
42      Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian materi, siswa mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.
43      Course Review Horay
Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa  yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
44      Demostration
Pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen.  Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
45      Explicit Instruction
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap.
Sintaknya adalah:  sajian informasi kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan prosedural, membimbing pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
46      Scramble
Sintaknya adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.
47      Pair Checks
Siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran,  penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
48      Make-A Match
Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya,  setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk babak berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
49      Mind Mapping
Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.
50      Examples Non Examples
Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
51      Picture and Picture
Sajian informasi kompetensi,  sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
52      Cooperative Script
Buat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana  materi bahan ajar, siswa mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
53      LAPS-Heuristik
Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangka solusi masalah. LAPS ( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.
54      Improve
Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment. Sintaknya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa latihan dan bertanya, balikan-perbaikan-pengayaan-interaksi.
55      Generatif
Basis generatif adalah konstruksivisme dengan sintaks orintasi-motivasi, pengungkapan ide-konsep awal, tantangan dan restrukturisasi sajian konsep, aplikasi, rangkuman, evaluasi, dan refleksi
56      Circuit Learning
Pembelajaran ini  adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang. Sintaknya adalah kondisikan  situasi belajar kondusif dan fokus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi
57      Complette Sentence
Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintaks: sisapkan blanko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph yang kaliatnya belum lengkap, siswa berkelompok melengkapi, presentasi.
58      Concept Sentence
Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tiap kelompok membuat kalimat berdasarkan kata kunci, presentasi.
59      Time Token
Model ini digunakan (Arebds, 1998) untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah  kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.
60      Take and Give
Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa - bahan belajar - dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi
61      Superitem
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah. Sintaksnya adalah  ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan soal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.

62      Hibrid
Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori, koperatif-inkuiri-solusi-workshop, virtual workshop menggunakan computer-internet.
63      Treffinger
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks: keterbukaan-urutan ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.
64      Kumon
Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing.
65      Quantum
Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.

Diunduh dan dimodifikasi oleh putradnyana@gmail.com pada Jumat, 26 – 2 – 2010

Adakah yang patut diberikan komentar? Komentar pengunjung/pembaca adalah Kebahagiaan Penulis/Blogger