GEDE PUTRA ADNYANA: BARBAGI UNTUK SALING MENGERTI DAN MEMAHAMI DEMI KEMULIAAN SEMUA MAKHLUK

Menembus Tembok IV/b Melalui PTK



MENEMBUS “TEMBOK IV/b” MELALUI PTK

Oleh:
Gede Putra Adnyana

Makalah Disajikan pada Pertemuan MGMP Kimia Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali
Jumat, 6 November 2009

MENEMBUS “TEMBOK IV/b” MELALUI PTK
Oleh: Gede Putra Adnyana

1. Rasional
Jumlah guru pegawai negeri sipil yang tercatat pada data Badan Kepegawaian Nasional Tahun 2005 sekitar 1,4 juta. Sebagian besar guru-guru tersebut berada pada golongan III/a – III/d yang jumlahnya mencapai 996.926 guru. Adapun guru yang bergolongan IV sebanyak 336.601, dengan rincian golongan IV/a sebanyak 334.184, golongan IV/b berjumlah 2.318, golongan IV/c sebanyak 84, dan Golongan IV/d ada 15 guru (Kompas.com, 26 Maret 2009). Dari keseluruhan jumlah guru yang bergolongan IV, terdapat 99,28% bergolongan IV/a dan hanya 0,69% bergolongan IV/b. Artinya, ada “tembok tebal dan tinggi” yang sulit ditembus sebagian besar guru untuk dapat naik pangkat dari golongan IV/a ke IV/b. Fenomena itu terjadi secara nasional dan sampai saat ini masih merupakan permasalahan yang belum mendapatkan solusi secara signifikan. Kondisi ini juga terjadi di Provinsi Bali, di mana masih sangat langka menemukan guru yang bergolongan IV/b. Bahkan, jika dibandingkan antara guru yang begolongan IV/b dengan guru yang telah menyelesaikan studi magister, masih lebih banyak ditemukan guru yang bergelar magister. Fakta ini semakin menguatkan hipotesis bahwa menerobos golongan IV/b sangat sulit.
Salah satu faktor yang menjadi kendala sebagian guru naik pangkat ke golongan IV/b, adanya kewajiban mengumpulkan minimal 12 angka kredit untuk pengembangan profesi. Angka kredit kegiatan pengembangan profesi dapat dikumpulkan dari kegiatan menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI), menemukan Teknologi Tepat Guna, membuat alat peraga/bimbingan, menciptakan karya seni dan mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum (Suhardjono, 2008). Berkaitan dengan karya ilmiah hasil penelitian di bidang pendidikan yang dipublikasikan, jika berbentuk buku dan diedarkan secara nasional mendapatkan angka kredit sebesar 12,5, dan jika dimuat dalam majalah ilmiah yang diakui Depdiknas, angka kreditnya sebesar 6. Sedangkan karya tulis ilmiah hasil penelitian di bidang pendidikan yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah, jika berbentuk buku maka setiap karya mendapatkan angka kredit sebesar 8 dan yang berbentuk makalah mendapatkan angka kredit sebesar 4 (Kepmen Dikbud No. 025/O/1995). Namun, sebagian guru menganggap kegiatan-kegiatan pengembangan profesi dimaksud cukup berat dilaksanakan karena membutuhkan kemauan dan kemampuan, serta pengorbanan waktu, biaya, tenaga dan pikiran. Akhirnya, pengembangan profesi guru hanya melekat pada tataran idealisme tanpa pernah terimplementasikan.
Pengembangan profesi guru berkorelasi positif dengan upaya peningkatan standar kompetensi guru. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, menyebutkan empat standar kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Selanjutnya, dari empat standar kompetensi guru dijabarkan menjadi duapuluh empat kompetensi inti guru SMA. Salah satu kompetensi inti guru SMA yang merupakan bagian dari kompetensi profesional adalah mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Kompetensi inti guru SMA ini, selanjutnya dijabarkan lagi menjadi kompetensi guru mata pelajaran yang salah satunya adalah melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk peningkatan keprofesionalan. Dengan demikian melaksanakan PTK merupakan salah satu implementasi dari kompetensi profesional dan sekaligus pengembangan profesi guru. Oleh karena itu menumbuhkembangkan kemauan dan kemampuan guru dalam melaksanakan PTK adalah keniscayaan.
Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan nyata guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam hal ini guru memberikan tindakan nyata yang berbeda dari biasanya dan siswa diberikan pedoman agar dapat mengikuti tahap demi tahap pembelajaran yang dilaksanakan (Arikunto, 2007). Dengan demikian, PTK merupakan wahana untuk menuangkan kreativitas dan inovasi para guru. Dalam konteks inilah sering terjadi kesalahan, di mana guru sudah merasa melakukan peningkatan kualitas pembelajaran, padahal yang dilakukan adalah hal biasa dan harus dilakukan, tetapi selama ini guru belum melakukannya. Misalnya, menggunakan lembar kerja dan alat peraga, mengevaluasi aspek afektif, portofolio, dan hasil ulangan. Penelitian tindakan kelas secara sederhana dapat dipandang sebagai tindakan untuk mencobakan model pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
Dengan demikian, penelitian tindakan kelas merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk menerobos “tembok IV/b”. Hal ini karena melalui PTK, di satu pihak kualitias pembelajaran dan hasil belajar dapat ditingkatkan, di pihak lain guru telah mempersiapkan angka kredit pengembangan profesi untuk kenaikan pangkat ke IV/b. Guru yang melaksanakan PTK, tidak perlu meninggalkan tugasnya profesinya karena PTK melekat dan terintegrasi dalam pelaksanaan tugas profesinya.


2. Menerobos “Tembok IV/b”
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa, banyak guru yang telah berpangkat pembina, golongan IV/a selama 5 tahun dan bahkan 15 tahun. Fakta ini mengindikasikan adanya kesulitan besar dari sebagian kalangan guru untuk naik pangkat ke golongan IV/b. Berbagai alasan mucul dari fenomena ini, diantaranya 1) belum mengetahui mekanisme yang jelas tentang kenaikan pangkat dari golongan IV/a ke IV/b, 2) adanya isu dan kesan bahwa tidak mungkin naik pangkat ke IV/b, jika tidak ada lobi, 3) adanya opini publik yang mengatakan bahwa kenaikan pangkat ke IV/b akan dipersulit karena menyangkut anggaran, dan 4) sebagian besar guru tidak memiliki angka kredit pada pengembangan profesi yang merupakan syarat untuk dapat mengajukan kenaikan pangkat ke IV/b. Jika berbagai alasan, faktor, dan opini ini tidak segera diluruskan, maka persentase guru yang terakumulasi pada golongan IV/a akan semakin banyak. Oleh karena itu diperlukan pencermatan yang lebih cerdas dari kalangan guru ataupun stakeholder pendidikan terhadap berbagai alasan dimaksud, sehingga dapat diberikan informasi dan bantuan kepada para guru.
Berkaitan dengan mekanisme kenaikan pangkat dari golongan IV/a ke IV/b, dapat diberikan beberapa informasi, sebagai berikut 1) untuk kenaikan pangkat ke IV/b, setiap guru wajib menyusun daftar usul penetapan angka kredit (Dupak) disertai dengan bukti fisiknya minimal rangkap 3 (disetor ke LPMP, sekolah, dan arsip pribadi), 2) bendel dupak serta bukti fisik, termasuk karya tulis ilmiah (PTK) disetorkan ke LPMP pada bagian penetapan angka kredit untuk IV/b, dalam hal ini penyetoran dilakukan antara bulan April – Juni, 3) antara bulan Juni – Juli, dupak dan karya tulis diperiksa oleh tim teknis penilai karya tulis provinsi, yang terdiri dari para widyaiswara LPMP, 4) apabila dupak dan atau karya tulis tersebut belum memenuhi kriteria atau belum memperoleh angka kredit minimal 12, maka kepada guru bersangkutan akan dikirimi surat yang berisi pemberitahuan terhadap kekurangan usulan tersebut, 5) sekitar bulan Juli – Agustus, karya tulis pengembangan profesi itu diperiksa lagi oleh tim penilai pusat. Jika hasil dari pemeriksaan ini dinyatakan belum layak, maka karya tulis tersebut akan dikembalikan disertai dengan rekomendasi untuk perbaikan, 6) dupak dan karya tulis yang telah dinyatakan memenuhi syarat, selanjutnya dibuatkan daftar untuk diteruskan ke Jakarta guna dibuatkan penetapan angka kredit (PAK), 7) sekitar bulan Desember PAK dikirim ke alamat sekolah guru bersangkutan, dan 8) berdasarkan PAK tersebut, maka dilakukan pengusulan untuk kenaikan pangkat ke golongan IV/b kepada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) masing-masing kabupaten, untuk diteruskan ke BKD provinsi guna dibuatkan surat keputusan (SK) yang ditandatangani oleh gubernur.

3. Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan pencermatan terhadap mekanisme kenaikan golongan ke-IV/b, maka bagian yang memerlukan waktu, tenaga, biaya dan pikiran adalah mempersiapkan, melaksanakan, dan menyusun karya tulis, yang dalam hal ini adalah PTK. Penelitian tindakan kelas dimulai dengan adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru (Rustam Dan Mundilarto, 2004). Langkah menemukan masalah dilanjutkan dengan menganalisis dan merumuskan masalah, kemudian merencanakan PTK dalam bentuk tindakan perbaikan, mengamati, dan melakukan refleksi. Keempat langkah utama dalam PTK yaitu merencanakan, melakukan tindakan perbaikan, mengamati, dan refleksi merupakan satu siklus dan dalam PTK siklus selalu berulang.
Teori berkaitan dengan PTK telah banyak beredar, baik dalam bentuk buku maupun makalah yang disusun oleh para ahli pendidikan. Penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian masalah pada suatu kelas melalui sistem daur ulang dari berbagai kegiatan. Dalam hal ini terdapat hubungan antara PTK dengan apa yang dirasakan Guru, diantaranya 1) Guru mengalami suatu masalah dalam mengajar karena sistem nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum, 2) Guru membayangkan pemecahan masalah tersebut, 3) Guru bertindak sesuai dengan cara pemecahan yang dibayangkan, 4) Guru menilai hasil upaya pemecahan itu, 5) Guru memperbaiki praktik, rencana, dan gagasan-gagasan mengajar dengan strategi baru sesuai dengan hasil penilaian itu, dan 6) Guru menerangkan hasil perubahan itu sambil menelaah dampaknya terhadap hasil kerjanya (Santyasa, 2007).
Namun, teori tentang PTK akan selamanya berwujud gagasan jika tidak ada keberanian dari kalangan guru untuk melakukannya. Oleh karena itu diperlukan informasi berkaitan dengan teknik praktis melaksanakan PTK yang sederhana, mudah dipahami, dan dapat dilaksankan. Berikut ilustrasi sederhana tentang proses PTK, misalkan seorang Guru Kimia menemukan hasil belajar siswanya rendah (dilihat dari nilai formatif, sumatif, dan ebtanas). Padahal pembelajaran telah dilakukan sesuai dengan tuntutan kurikulum, banyak pembahasan masalah nyata, dan sering ulangan. Setelah diselidiki melalui wawancara dengan beberapa siswa, terungkap bahwa siswa tidak puas dengan model pembelajaran diskusi biasa yang diterapkan selama ini. Disinyalir bahwa Guru tidak pernah mengubah cara memfasilitasi pembelajaran, tidak pernah mengajak siswa bereksperimen atau penyelidikan. Berdasarkan data tersebut, maka perlu diupayakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah, melakukan eksperimen, dan mengkomunikasikan temuannya. Berkaitan dengan hal tersebut maka diterapkan Model Problem-Based Learning, untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar kimia. Rumusan tema tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam rumusan masalah, misalnya apakah penerapan model Problem-Based Learning dapat meningkatkan kualitas aktivitas dan pemahaman konsep siswa? Untuk menjawab permasalahan tersebut, Guru hendaknya menyimak tentang peranan Model Problem-Based Learning dalam peningkatan pemahaman konsep siswa, sehingga didapatkan rumusan hipotesis tindakan.
Tatkala permasalahan telah teridentifikasi, maka mulai dirancang alternatif perencanaan untuk melaksanakan PTK, misalnya menyiapkan rancangan pembelajaran dan lembar kerja siswa dengan model Problem-Based Learning, mengalokasikan waktu sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran, menyiapkan pedoman observasi, pedoman penilaian kinerja, menyiapkan tes pemahaman konsep, menyiapkan tes sikap, meyiapkan format observasi, menyiapkan angket respon siswa.
Tindakan berikutnya adalah Guru menyajikan permasalahan kepada siswa dan memulai pembelajaran dengan langkah-langkah sesuai model Problem-Based Learning. Jika perencanaan telah menetapkan pelaksanaan asesmen kinerja diadakan setiap kali pertemuan, lakukanlah asesmen kinerja tersebut dengan seksama. Hasil asesmen dianalisis sekaligus diberi komentar pada masing-masing konsep yang menjadi materi kinerja para siswa.
Pemantauan dilakukan untuk mengamati interaksi selama proses pembelajaran berlangsung, mengamati respon siswa terhadap proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi ditujukan kepada hasil belajar siswa melalui asesmen kinerja, portofolio, tes, dan respon siswa melalui penyebaran angket. Misalkan, hasil observasi terungkap bahwa dari penerapan model pembelajaran, ternyata siswa ribut, kurang bertanggung jawab, kesiapannya kurang, kurang aktif berinteraksi, hasil tes pemahaman konsep rendah, dan respon siswa kurang postif. Terhadap semua data tersebut, maka Guru melakukan refleksi. Misalnya, diskusi kelas diubah menjadi diskusi kelompok, lebih banyak menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi, memberikan tugas sebelumnya kepada siswa, menunjuk secara bergiliran siswa untuk mengerjakan tugas sekaligus dinilai secara kualitatif atau kuantitatif, hasil asesmen didiskusikan kepada siswa sebelum pembelajaran berikutnya, sasaran belajar dirumuskan secara realistis yang mudah diukur, dan lain-lain (Modifikasi dari Santyasa, 2007).
Sistematika laporan penelitian tindakan kelas, terdiri dari 1) bagian awal yang meliputi (a) halaman judul, (b) halaman pengesahan baik oleh kepala sekolah maupun bagian perpustakaan sekolah, (c) abstrak yang berisikan tentang permasalahan, tujuan penelitian, prosedur pelaksanaan PTK, dan hasil penelitian, (d) kata Pengantar, (e) daftar Isi dan (f) lampiran-lampiran; 2) bagian isi yang meliputi (a) bab I pendahuluan, (b) bab II landasan teori, (c) bab III metode penelitian, (d) bab IV hasil penelitian dan pembahasan, dan (e) bab V simpulan dan saran; 3) bagian akhir, meliputi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
Pada bagian pendahuluan terdiri dari 1) Latar Belakang (diskripsi masalah, data awal yang mendukung adanya masalah dan akar timbulnya masalah dengan menunjukkan pada lokasi penelitian dan waktu serta penjelasan pentingnya masalah itu dipecahkan; 2) Rumusan Masalah (diharapkan kalimat Tanya); 3) Tujuan Penelitian; (sesuaikan dengan rumusan masalah), 4) Manfaat Penelitian; (sesuaikan dengan apa yang direncanakan pada proposal, namun peneliti dapat mengembangkan).
Bagian landasan teori mengemukakan teori dan pustaka yang relevan, dan memberi arah serta petunjuk pada pelaksanaan PTK. Diperlukan adanya usaha untuk membangun argumentasi teoritis yang menunjukkan bahwa tindakan yang diberikan dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas. Pada akhir bab ini dapat dikemukakan hipotesis tindakan. Uraian pada bab ini harus lebih lengkap dan rinci dibanding dengan uraian yang ada pada bab yang sama di usulan penelitian.
Pada metode penelitian dideskripsiskan tiap siklus penelitian yang memuat: rencana, pelaksanaan/tindakan, pemantauan dan evaluasi beserta jenis instrumen yang digunakan, dan cara refleksi. (perlu dibedakan pada usulan, isi apa yang akan dilaksanakan, sedang pada laporan berisi apa yang sudah dilaksanakan). Pada tiap siklus harus dikemukakan tindakan secara jelas, serta semua jenis instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional, feasible serta collaborative.
Hasil penelitian dan pembahasan menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap, menyangkut berbagai aspek yang terjadi akibat tindakan yang dilakukan. Tunjukkan adanya perbedaan tindakan dengan kegiatan pelajaran yang biasa atau sering dilakukan. Pada refleksi diakhir setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan grafik, dan kelemahan yang terjadi. Kemukakan ada perubahan/ kemajuan/ perbaikan yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, motivasi/minat belajar, dan hasil belajar. Kemukakan hasil dari keseluruhan siklus ke dalam ringkasan untuk bahan dasar analisis dan pembahasan. Bahan/data tersebut ditulis dalam bentuk tabel atau bagan sehingga akan memperjelas adanya perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik dan jelas.
Sedangkan pada simpulan dan saran disajikan simpulan hasil penelitian (potret kemajuan) sesuai dengan tujuan/masalah penelitian yang telah disampaikan sebelumnya. Berikan saran tindak lanjut berdasarkan simpulan yang diperoleh baik yang menyengkut segi positif maupun negatifnya.
Pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka yang memuat semua sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan system yang telah dibakukan secara konsisten. Lampiran-lampiran hendaknya disajikan secara lengkap yang berisi rancangan materi/bahan ajar, semua instrumen penelitian, sampel jawaban siswa, dokumen/foto kegiatan, ijin penelitian, serta bukti lain yang dipandang perlu (Sulipan, 2009).


4. Rekomendasi
Kenaikan pangkat ke golongan IV/b memang tidak disertai dengan kenaikan gaji secara signifikan. Oleh karena itu upaya untuk mengejar IV/b hendaknya jangan dipandang dari peningkatan kesejahteraan belaka, tetapi pandanglah dari aspek kredibilitas dan profesionalitas. Guru yang mampu menembus golongan IV/b akan memiliki kebanggan yang tak terukur dengan uang, karena sampai saat ini golongan tersebut masih berkatagori langka. Semua Guru hendaknya memiliki motivasi yang tinggi dengan terus berkarya secara profesional yang salah satunya melalui PTK.
Penelitian tindakan kelas sebagai salah satu strategi menembus golongan IV/b, jangan hanya dikaji tataran idealisme, tetapi mulai diimplementasikan secara sungguh-sungguh dengan berbagai kekurangan. Perbaikan dan penyempurnaan pasti terjadi seiring dengan pelaksanaan PTK, sehingga berbagai kekurangan tersebut akan segera teratasi. Oleh karena itu, PTK harus dijadikan sebagai tempat untuk menuangkan kreativitas dan inovasi dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar. Dengan demikian membumikan PTK di kalangan guru memiliki manfaat ganda, yaitu meningkatkan kompetensi profesional guru di satu pihak, dan di pihak lain merupakan langkah strategis untuk menembus “tembok” golongan IV/b yang saat ini teridentifikasi tebal dan tinggi. Memulai yang mulia untuk berkreasi dan berinovasi akan menjadikan profesi guru terhormat di mata publik. Semoga.

5. Referensi
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru, Kepala Sekolah, Pengawas, dan Penilai. Yogyakarta: UNY

Ester Lince Napitupulu. 2009. Guru Sulit Capai Golongan Tinggi. http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/03/26/15293675/guru.sulit.capai.golongan.tinggi. Diunduh 3 Juli 2009

Kepmendikbud Nomor 025/O/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru

Rustam Dan Mundilarto. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional

Santyasa, I Wayan. 2007. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. (Makalah). Disajikan Dalam Workshop Tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Para Guru SMP 2 Dan 5 Nusa Penida Klungkung, Pada Tanggal 30 Nopember dan 1 Desember 2007 di Nusa Penida. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Suhardjono. 2008. Pengembangan Profesi Guru dan Karya Tulis Ilmiah. http://ptkguru.wordpress.com/2008/05/20/karya-tulis-ilmiah-dan-pengembangan-profesi-guru/. Diunduh 3 Juli 2009

Sulipan. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bandung: Widyaiswara P4TK BMTI Bandung

Contoh Daftar isi PTK untuk kenaikan pangkat/golonga ke-IV/b
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
HALAMAN PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
SURAT KETERANGAN KEPALA SEKOLAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
PIAGAM JUARA I . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
SURAT KETERANGAN PETUGAS PERPUSTAKAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ix
ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x
ABSTRACT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1 Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Identifikasi Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
1.3 Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
1.4 Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
1.5 Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.1 Model Pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.2 Model Konstruktivistik Dalam Pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.3 Model Pembelajaran Berbasis Maslah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.4 Pengertian Berpikir Kritis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
2.5 Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
2.6 Aktivitas, Motivasi, dan Hasil Belajar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
2.7 Penelitian Yang Relevan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
2.8 Kerangka Berpikir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
2.9 Hipotesis Tindakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
BAB III METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
3.1 Desain Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
3.2 Subjek dan Objek Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
3.3 Prosedur Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
3.4 Instrumen Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
3.5 Metode Pengumpulan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
3.6 Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
4.1 Deskripsi Proses Tindakan Siklus I . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
4.2 Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
4.3 Refleksi Siklus I . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
4.4 Deskripsi Proses Tindakan Siklus II . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
4.5 Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
4.6 Refleksi Siklus II . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
4.7 Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
5.1 Simpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
5.2 Rekomendasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
LAMPIRAN-LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Lampiran 1: Silabus
Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 3: LKS Kontekstual
Lampiran 4: Kisi-Kisi Tes Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis
Lampiran 5: Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep pada Siklus I
Lampiran 6: Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep pada Siklus II
Lampiran 7: Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran
Lampiran 8: Biodata Penulis

BIODATA PENULIS
Nama : Gede Putra Adnyana
Tempat, Tgl. Lahir : Buleleng, 01 – 12 – 1968
Pangkat, Gol. Ruang : Pembina Tk. I, ( IV/b )
Tempat Tugas : SMAN 1 Banjar, Buleleng, Bali
Alamat : Banyuatis, Banjar, Buleleng, Bali
Latar Belakang Pendidikan : 1. Lulus SD No. 1 Banyuatis, Tahun 1981
2. Lulus SMPN Tabog, Tahun 1984
3. Lulus SMAN Seririt, Tahun 1987
4. Lulus D.3 Kimia FKIP Unud, Tahun 1990
5. Lulus S.1 Kimia STKIPN Singaraja, Tahun 1994
Pengalaman Kerja : 1. Guru SMAN 1 Pupuan, Tabanan (1991 – 1995)
2. Guru SMAN 1 Banjar, Buleleng (1995 – Sekarang)
3. Wakasek Kurikulum SMAN 1 Banjar (1996 – 2005)
4. Ketua BP3 SD No. 1 Banyuatis (2000 – 2002)
5. Sekretaris PGRI Cabang Banjar (2001 – 2007)
6. Guru Inti Kimia Kab. Buleleng (2001 – 2005)
7. Sekretaris MGMP Kimia Kab. Buleleng (2003 – 2006)
Penghargaan Ilmiah : 1. Juara II Lomba Guru Teladan Tk. SMU Kab. Buleleng Tahun 2001
2. Juara II LKTI Guru SMA/SMK Kab. Buleleng, 17-11-2003
3. Juara I LKTI Guru SMA/SMK Kab. Buleleng, 5-11-2004
4. Juara II LKTI Guru se-Bali, Dies Natalis V Lustrum I IKIPN Singaraja, 5-2-2005
5. Finalis Simposium Nasional III Inovasi Pembelajaran dan Pengelolaan Sekolah di Bogor, 17 s.d 20 Okt. 2005
6. Finalis LKG dalam Pembelajaran Tk. Nasional di Jakarta, tgl. 21 s.d. 26 Nov. 2005
7. Juara II LKTI Guru SMA/SMK Kab. Buleleng, Tahun 2005
8. Juara II LKT Guru SMA Se-Bali, Dies Natalis VI IKPN Singaraja, 5 – 2 – 2006
9. Juara III LKTI Guru SMA/SMK Kab. Buleleng, 14-11-2006
10. Juara I, LKTI Guru SMA Se-Bali Program TPSDP-P3AI Undiksha, 5 – 5 – 2007
11. Juara I, LKTIG SMA/SMK Kab. Buleleng, 22-11-2007
12. Juara I, LKTI Guru Se-Bali, Dies Natalis II Undiksha Singaraja, 8 Mei 2008



1 komentar:

Anonim mengatakan...

Teruslah menulis dengan ide-ide baru tentang dunia guru. Dan saya ikut belajar. Trims