TEKNIK MENYUSUN PTK
Oleh: Gede Putra Adnyana (Guru SMAN 1
Banjar, Buleleng, Bali)
Disajikan pada Workshop PTK Guru-Guru SMAN
1 Banjar, Buleleng, Bali
Minggu, 28 Februari 2010
1. Pendahuluan
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan
kegiatan nyata guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam hal ini
guru memberikan tindakan nyata yang berbeda dari biasanya dan siswa diberikan
pedoman agar dapat mengikuti tahap demi tahap pembelajaran yang dilaksanakan
(Arikunto, 2007). Dengan demikian, PTK merupakan wahana untuk menuangkan
kreativitas dan inovasi para guru. Dalam konteks inilah sering terjadi
kesalahan, di mana guru sudah merasa melakukan peningkatan kualitas
pembelajaran, padahal yang dilakukan adalah hal biasa dan harus dilakukan,
tetapi selama ini guru belum melakukannya. Misalnya, menggunakan lembar kerja
dan alat peraga, mengevaluasi aspek afektif, portofolio, dan hasil ulangan.
Penelitian tindakan kelas secara sederhana dapat dipandang sebagai tindakan
untuk mencobakan model pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa sebagian besar guru masih kesulitan melaksanakan PTK. Beberapa faktor
yang menyebabkan, diantaranya 1) belum ada keberanian untuk memulai
melaksanakan PTK, 2) terbentur masalah fasilitas, seperti computer dan printer,
3) kurangnya dukungan dari instansi terkait baik moral maupun meteriil, dan 4)
belum mengenal berbagai model pembelajaran. Akibatnya, PTK hanya ramai
diwacanakan tetapi tidak pernah dilaksanakan.
2. Teknik Menyusun PTK
Dalam konteks pembelajaran, terdapat
hubungan antara PTK dengan apa yang dirasakan Guru, diantaranya 1) Guru
mengalami suatu masalah dalam mengajar karena sistem nilai yang diperoleh tidak
sesuai dengan tuntutan kurikulum, 2) Guru membayangkan pemecahan masalah
tersebut, 3) Guru bertindak sesuai dengan cara pemecahan yang dibayangkan, 4)
Guru menilai hasil upaya pemecahan itu, 5) Guru memperbaiki praktik, rencana,
dan gagasan-gagasan mengajar dengan strategi baru sesuai dengan hasil penilaian
itu, dan 6) Guru menerangkan hasil perubahan itu sambil menelaah dampaknya
terhadap hasil kerjanya (Santyasa, 2007).
Berikut ilustrasi sederhana tentang proses
PTK, misalkan seorang Guru Kimia menemukan hasil belajar siswanya rendah
(dilihat dari nilai formatif, sumatif, dan UN). Padahal pembelajaran telah
dilakukan sesuai dengan tuntutan kurikulum, banyak pembahasan masalah nyata,
dan sering ulangan. Setelah diselidiki melalui wawancara dengan beberapa siswa,
terungkap bahwa siswa tidak puas dengan model pembelajaran diskusi biasa yang
diterapkan selama ini. Disinyalir bahwa Guru tidak pernah mengubah cara
memfasilitasi pembelajaran, tidak pernah mengajak siswa bereksperimen atau
penyelidikan. Berdasarkan data tersebut, maka perlu diupayakan pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah, melakukan eksperimen, dan
mengkomunikasikan temuannya. Berkaitan dengan hal tersebut maka diterapkan
Model Problem-Based Learning, untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar kimia. Rumusan tema tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam rumusan
masalah, misalnya apakah penerapan model Problem-Based Learning dapat
meningkatkan kualitas aktivitas dan pemahaman konsep siswa?
Tatkala permasalahan telah teridentifikasi,
maka mulai dirancang alternatif perencanaan untuk melaksanakan PTK, misalnya
menyiapkan rancangan pembelajaran dan lembar kerja siswa dengan model
Problem-Based Learning, mengalokasikan waktu sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran, menyiapkan pedoman observasi, pedoman penilaian kinerja,
menyiapkan tes pemahaman konsep, menyiapkan tes sikap, meyiapkan format
observasi, menyiapkan angket respon siswa.
Tindakan berikutnya adalah Guru menyajikan
permasalahan kepada siswa dan memulai pembelajaran dengan langkah-langkah
sesuai model Problem-Based Learning. Jika perencanaan telah menetapkan
pelaksanaan asesmen kinerja diadakan setiap kali pertemuan, lakukanlah asesmen
kinerja tersebut dengan seksama. Hasil asesmen dianalisis sekaligus diberi
komentar pada masing-masing konsep yang menjadi materi kinerja para siswa.
Pemantauan dilakukan untuk mengamati
interaksi selama proses pembelajaran berlangsung, mengamati respon siswa
terhadap proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi ditujukan kepada hasil belajar
siswa melalui asesmen kinerja, portofolio, tes, dan respon siswa melalui
penyebaran angket. Misalkan, hasil observasi terungkap bahwa dari penerapan
model pembelajaran, ternyata siswa ribut, kurang bertanggung jawab, kesiapannya
kurang, kurang aktif berinteraksi, hasil tes pemahaman konsep rendah, dan
respon siswa kurang postif. Terhadap semua data tersebut, maka Guru melakukan
refleksi. Misalnya, diskusi kelas diubah menjadi diskusi kelompok, lebih banyak
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi, memberikan tugas sebelumnya
kepada siswa, menunjuk secara bergiliran siswa untuk mengerjakan tugas
sekaligus dinilai secara kualitatif atau kuantitatif, hasil asesmen
didiskusikan kepada siswa sebelum pembelajaran berikutnya, sasaran belajar
dirumuskan secara realistis yang mudah diukur, dan lain-lain (Modifikasi dari
Santyasa, 2007).
Sistematika laporan penelitian tindakan
kelas, terdiri dari 1) bagian awal yang meliputi (a) halaman judul, (b) halaman
pengesahan baik oleh kepala sekolah maupun bagian perpustakaan sekolah, (c)
abstrak yang berisikan tentang permasalahan, tujuan penelitian, prosedur
pelaksanaan PTK, dan hasil penelitian, (d) kata Pengantar, (e) daftar Isi dan
(f) lampiran-lampiran; 2) bagian isi yang meliputi (a) bab I pendahuluan, (b)
bab II landasan teori, (c) bab III metode penelitian, (d) bab IV hasil
penelitian dan pembahasan, dan (e) bab V simpulan dan saran; 3) bagian akhir,
meliputi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
Pada bagian pendahuluan terdiri dari 1)
Latar Belakang (diskripsi masalah, data awal yang mendukung adanya masalah dan
akar timbulnya masalah dengan menunjukkan pada lokasi penelitian dan waktu
serta penjelasan pentingnya masalah itu dipecahkan; 2) Rumusan Masalah
(diharapkan kalimat Tanya); 3) Tujuan Penelitian; (sesuaikan dengan rumusan
masalah), 4) Manfaat Penelitian; (sesuaikan dengan apa yang direncanakan pada
proposal, namun peneliti dapat mengembangkan).
Bagian landasan teori mengemukakan teori
dan pustaka yang relevan, dan memberi arah serta petunjuk pada pelaksanaan PTK.
Diperlukan adanya usaha untuk membangun argumentasi teoritis yang menunjukkan
bahwa tindakan yang diberikan dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses
pembelajaran di kelas. Pada akhir bab ini dapat dikemukakan hipotesis tindakan.
Uraian pada bab ini harus lebih lengkap dan rinci dibanding dengan uraian yang
ada pada bab yang sama di usulan penelitian.
Pada metode penelitian dideskripsiskan tiap
siklus penelitian yang memuat: rencana, pelaksanaan/tindakan, pemantauan dan
evaluasi beserta jenis instrumen yang digunakan, dan cara refleksi. (perlu
dibedakan pada usulan, isi apa yang akan dilaksanakan, sedang pada laporan
berisi apa yang sudah dilaksanakan). Pada tiap siklus harus dikemukakan
tindakan secara jelas, serta semua jenis instrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional, feasible serta
collaborative.
Hasil penelitian dan pembahasan menyajikan
uraian masing-masing siklus dengan data lengkap, menyangkut berbagai aspek yang
terjadi akibat tindakan yang dilakukan. Tunjukkan adanya perbedaan tindakan
dengan kegiatan pelajaran yang biasa atau sering dilakukan. Pada refleksi
diakhir setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan grafik, dan
kelemahan yang terjadi. Kemukakan ada perubahan/ kemajuan/ perbaikan yang
terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, motivasi/minat
belajar, dan hasil belajar. Kemukakan hasil dari keseluruhan siklus ke dalam
ringkasan untuk bahan dasar analisis dan pembahasan. Bahan/data tersebut
ditulis dalam bentuk tabel atau bagan sehingga akan memperjelas adanya
perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik dan jelas.
Sedangkan pada simpulan dan saran disajikan
simpulan hasil penelitian (potret kemajuan) sesuai dengan tujuan/masalah
penelitian yang telah disampaikan sebelumnya. Berikan saran tindak lanjut
berdasarkan simpulan yang diperoleh baik yang menyengkut segi positif maupun
negatifnya.
Pada bagian akhir terdiri dari daftar
pustaka yang memuat semua sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian dengan
menggunakan system yang telah dibakukan secara konsisten. Lampiran-lampiran
hendaknya disajikan secara lengkap yang berisi rancangan materi/bahan ajar,
semua instrumen penelitian, sampel jawaban siswa, dokumen/foto kegiatan, ijin
penelitian, serta bukti lain yang dipandang perlu (Sulipan, 2009).
3. Referensi
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) untuk Guru, Kepala Sekolah, Pengawas, dan Penilai.
Yogyakarta: UNY
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik Dan Kompetensi Guru
Rustam Dan Mundilarto. 2004. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional
Santyasa, I Wayan. 2007. Metodologi
Penelitian Tindakan Kelas. (Makalah). Disajikan Dalam Workshop Tentang
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Para Guru SMP 2 Dan 5 Nusa Penida
Klungkung, Pada Tanggal 30 Nopember dan 1 Desember 2007 di Nusa Penida.
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Suhardjono. 2008. Pengembangan
Profesi Guru dan Karya Tulis Ilmiah.
http://ptkguru.wordpress.com/2008/05/20/karya-tulis-ilmiah-dan-pengembangan-profesi-guru/.
Diunduh 3 Juli 2009
Sulipan. 2009. Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research). Bandung: Widyaiswara P4TK BMTI Bandung
6. Mengenang
Untuk Yang Mengenang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar